Thursday, December 30, 2010

~10 LALUAN yang bakal dilalui manusia di dunia~

Bagaimana memudahkannya?

LALUAN MENUJU KE KUBUR
a. Jauhkan dari perbuatan mengumpat & mengeji
b. Hindarkan perasaan irihati (benci)
c. Jangan terpengaruh dengan harta dunia
d. Sucikan kadha' hajat dgn istibra (berdehem selepas buang air kecil!)

LALUAN UNTUK BERJUMPA IZRAIL
a. Bersihkan diri dengan bertaubat
b. Gembirakan hati orang Mu'min
c. Bayar semula kadha' (solat & puasa) yang tertinggal d. Kasih sepenuh hati kepada ALLAH Taala


LALUAN UNTUK BERTEMU MUNGKAR NANGKIR
a. Mengucap dua kalimah syahadat
b. Suka memberi sedekah
c. Berkata benar
d. Bersihkan dan perbaiki hati


LALUAN UNTUK MEMBERATKAN TIMBANGAN
a. Belajar atau mengajar ilmu yang bermanafaat
b. Sucikan perkataan dan pakaian
c. Bersyukur dengan yang sedikit
d. Suka dan redha dengan yang didatangkan oleh ALLAH

LALUAN MEMANTAPKAN AMALAN
a. Jauhkan perkataan yang sia-sia
b. Pendekkan cita-cita dunia
c. Banyakkan puji-pujian kepada ALLAH
d. Banyakkan sedekah dan khairat

LALUAN MELALUI TITIAN SIRAT AL-MUSTAKIM
a. Kasihilah aulia ALLAH Ta'ala
b. Berbaktilah kepada kedua ibubapa
c. Berpegang teguh dengan hukum syara'
d. Bercakap perkataan yang baik sesama makhluk


LALUAN MENJAUHKAN DIRI DARI NERAKA
a. Banyakkan membaca al-Quran
b. Banyakkan menangis kerana dosa-dosa yang lalu
c. Tinggalkan perkara yang maksiat
d. Jauhkan segala yang haram

LALUAN UNTUK MEMASUKI SYURGA
a. Membuat kebajikan seberapa banyak yang boleh
b. Kasihi orang yang soleh
c. Kerjakan segala suruh-suruhan ALLAH
d. Merendahkan diri di antara semua makhluk ALLAH

LALUAN BERJUMPA DENGAN NABI MUHAMMAD
a. Kasihilah Nabi ALLAH
b. Kasihilah Rasulluah
c. Tuntutilah yang difardhukan oleh ALLAH
d. Banyakkan selawat Nabi S. a. w.

LALUAN UNTUK BERTEMU ALLAH
a. Serahkan seluruh jiwa raga kepada ALLAH
b. Hindarkan diri dari menderhaka kepada ALLAH
c. Betulkan dan baikkan i'tiqad kepada ALLAH
d. Bencikan segala yang diharamkan-Nya

~Hati seorang AYAH~


Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala
tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai
berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk- bungkuk, disertai suara
batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: Ayah , mengapa
wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian
terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di
beranda. Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban
Ayahnya.

Anak wanita itu berguman : " Aku tidak mengerti." Dengan kerut kening
karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya
hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk
nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang
belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak
wanita itu tambah kebingungan. Karena penasaran, kemudian anak wanita
itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi
berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya
Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?" Ibunya
menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar benar bertanggung
jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban
Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja
penasaran. Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam
mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun
jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu
rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini."Saat Kuciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta
sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan
menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan
terlindungi.
""Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting
tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat
pula untuk melindungi seluruh keluarganya.

"Ku-berikan kemauan padanya
agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan
keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar,
walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang
menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup
kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga
perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat
semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih
payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat
dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya
keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan
kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk
berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam
kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya
melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang
telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya
tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan
kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar
selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.

"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan
pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan,
bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang
baik adalah Istri yang senantiasa menemani. & bersama-sama menghadapi
perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali
kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada
Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling
menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu
senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara
agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG
TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang
bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha
mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya,
keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin
keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lakilaki,walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia &
Akhirat.

" Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga
menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa,
ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak
tangan Ayanya. " AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH."
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu
agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah...
With Love to All Father " JIKA KAMU MENCINTAI Ayah mu / sekarang
merasa sebagai AYAH KIRIMLAH CERITA INI KEPADA ORANG
LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN
MENYAYANGI AYAHNYA & Dan Mencintai Kita Sebagai Seorang Ayah
Note:
Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik
untuknya....................................
Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang terbaik
Buat keluarga kita........ ......... .........

(sumber:blog seorang hamba Allah)

...suka , sayang ,cinta...

...assalamualaikum w.b.t...
alhamdulillah..sy baru pulang denga ceramah..
menarik sgt tajuk dan isi yg disampaikan...
penceramah seorang yg hebat dri kaum hawa sendiri...
fokus 100% td sy denga ceramah td..
ceramah bekisar 100% tentang cinta..
nk dikatakan arini sy lalui hari2 yg dipenuhi dgn perkataan cinta...
pg td,sy singgah library sbb nk crik bahan rujukan...
biaselah..lain dicari...lain yg dpt..:)
sy jumpe buku yg btajuk PSIKOLOGI CINTA..
buku ni yg tulisnye 2org...
yg sy igt...DR.Fadzilah Kamsah...
or...DR.come to me...huhuhu...dri buku 2 bru sy mengenali ape itu SAYANG dan ape 2 CINTA...
SAYANG 2 penambah kepada CINTA...
sesetengah org sgt2 mengagungkan pasangan yg cintanya xla seagung cinta NABI YUSUF dan ZULAIKHA...
xla seagung cinta RASULULLAH S.A.W dan SITI KHADIJAH...
tp mereka lebih mengagungkan cintanya LAILA dan MAJNUN...cintanya SHAH JAHAN dan MUMTAZ..mungkin cinta mereka begitu hebat sampaikan mereka sanggup membina sesuatu untuk melambangkan cinta mereka..
bukankah dengan MENJAGA KEHORMATAN pasangan kita dah membuktikan kite cintekan pasangan kite..
memang sulit utk menafsirkan ape 2 cinte..
makne cinte yg sy betul2 kagum dan sy peroleh dri ceramah td ialah..
'cinta umpama pelangi..klu xde ribut,petir,guruh,hujan...xkn dtgnye pelangi yg indah'
begitulah cinte yg ingin ditafsirkan...klu xade onak duri,cubaan dugaan...xkn dtgnye cinte yg indah...
tafsirkanlah sendiriape itu cinte dari sudut pandangan masing2...
kite xboleh lari dari cinta menyintai...kerana kite lahir dri kemuncak cinta ibu ayah kite...
sy amat tertarik dgn isu berkorban demi org yg kite cintai...
jike saling mencintai,xsemestinye kite harus bsame...mungkin ade jalan lain yg Allah rancangkan utk kite..
berdoalah utk kekasih....ungkapan yg membuatkn sy tersentak...
walaupun kite telah berpisah dgn pasangan kite atas sbb tertentu..tp,kite masih mencintai die..maka,doakanlah kebahagiaannya...
mungkin dgn itu shaje care kite menyampaikan rase cinte...Allah Maha mendengar tiap ape yg dirayu hamba-Nya...
letakkanlah rase cinta kpd Allah yg utame,selepas itu cintailah Rasulullah,dan cintailah ibu bapa kita...
jika kite xmencintai mereka..kite xakan temui ape yg dinamekan CINTA SEJATI....
akhirulkalam....
setiap hari kite akan merasai cinta..cintanya Allah kepada kita..cintanya ibu bapa...maka dgn itu...didiklah hati..didiklah jiwa..didiklah minda..agar cinta kite xterlebih melainkan cinta dan kasih kpd Allah S.W.T...CINTA SEJATI akan bertandang juga seandainya cinta kite bersyariat...semoge sedikit sbyk celoteh sy ni..dpt la membezakan antare suka,syg dan cinte...AKU MENCINTAINYA KERANA ALLAH S.W.T...



'Ya Allah...mungkin antara aku dan dia memang xdiciptakan untuk bersama...
aku akur Ya Allah...tapi...bahagiakanlah hatinya Ya Allah...temukanlah dia
dengan isteri yg solehah...bahagiakanlah dia Ya Allah...kerana aku sangat mencintainya...'-amin-


wassalam~ ^_^


~qurratun 'ain~

Friday, November 5, 2010

~BERCOUPLE ATAU JUAL MAHAL???~

Masa kecil saya pernah memikirkan, memang perlukah seorang yang dewasa ber'dating' sebelum melangkah ke alam perkahwinan?

Kenapa saya bingung akan hal ini? Kecil-kecil lagi sudah gatal?

Bukan begitu. Naluri kanak-kanak saya pada waktu itu merasakan tidak selesa dengan apa yang ditayangkan dikaca televisyen.

Jikalau ceritanya tentang pasangan kekasih, sudah pasti Ada adegan keluar makan berdua-duaan sebelum punya ikatan yang sah.

Cerita tempatan apatah lagi luar negara, babak kekasih dilamun cinta sebelum berkahwin disusun dengan penuh teliti.

Tetapi saya memang bingung.

Memang perlukah begitu? Perlukah bercouple sebelum berkahwin? Nyata saya tidak selesa di awal usia kanak-kanak.

Cinta Monyet

Alhamdulillah, semasa di sekolah rendah mahupun sekolah menengah saya jauh dari memahami erti ataupun mengalami cinta monyet.

Istilah yang biasa tetapi sekadar mendengar.

Ada sahaja rakan-rakan yang ber'cinta' seawal darjah lima.

Saya bingung. Memang terlalu muda untuk memahami tentang perkara ini.

Maka tidak hairanlah mengapa saya bingung ketika itu.

Pelik Dan mencari-cari sebab mengapa Ada yang bercinta seawal usia di darjah lima.

Di sekolah menengah, lain pula ceritanya. Kisah bercinta menjadi lebih hebat.

Mungkin merasakan diri lebih matang sedangkan baru menginjak remaja.

Kisah cinta disekeliling saya bermacam-macam.

Kenyataan-kenyataan seperti; batch kami bercinta seperti tukar baju (pelajar batch tersebut sering bertukar-tukar pasangan ibarat menukar baju setiap Hari), Ada senior mengaku dia bercinta untuk mencari pengalaman.

Aduh! Saya menjadi semakin bingung.

Benarkah ini semua?

Erti couple, cinta Dan perkahwinan

Kini setelah saya berusia dua puluh dua tahun, saya semakin mengerti.

Kisah pasangan berdua-duaan yang saya fikirkan semasa kecil, bukanlah sesuatu yang dianjurkan oleh Islam.

Bahkan, Islam sebagai cara hidup menggariskan cara yang cukup indah Dan sempurna untuk mengikat pertalian antara Adam Dan hawa.

Kisah cinta monyet yang membingungkan semasa di zaman sekolah juga dapat saya cari jawapannya.

Buku Tentang Cinta karangan Ustaz Pahrol banyak membantu saya untuk memahami isu ini.

Tambahan pula, semasa saya di Kolej Yayasan UEM Lembah Beringin, forum Tentang Cinta telah diadakan. Panel-panel terdiri daripada Ustaz Pahrol sendiri, Ustaz Hashim (trainer Fitrah Perkasa) Dan Ustaz Hasrizal.

Panel yang hadir cukup berpengalaman kerana mereka jauh lebih dewasa Dan sudah berkeluarga.

Islam Dan Cinta

Islam menganjurkan lelaki Dan wanita bertaaruf iaitu berkenal-kenalan sebelum mengikat pertunangan.

Cara bertaaruf menjaga adab Dan syariat. Pasangan tidak berdua-duaan tetapi ditemani oleh orang tengah mahupun ibu bapa sendiri.

Bercinta pula perlu punya tujuan. Apa tujuan cinta monyet?

Sekadar suka-suka atau untuk mencari pengalaman? Jika benar, bukankah itu alasan-alasan yang menyedihkan?

Bercinta adalah berkasih sayang.

Mampukah untuk Kita berkasih sayang dengan seseorang yang asing jika Kita belum mampu menyayangi ahli keluarga sendiri?

Maka jika benar, Kita berkasih sayang dengan orang luar perlu sama seperti berkasih sayang dengan ahli keluarga sendiri.

Tetapi adakah perkara ini benar-benar berlaku di antara pasangan yang menyatakan diri mereka bercinta?

Bagi saya, untuk memahami istilah cinta, saya perlu memahami erti mencintai diri sendiri, mencintai ahli keluarga, mencintai rakan-rakan Dan yang lebih utama mencintai Allah Dan RasulNya.

Saya perlu menguasai erti cinta ini sebelum mencintai seseorang yang asing - lelaki dalam hidup seorang wanita.

Terlalu teoritikal? Pandai-pandailah mencari cara untuk amalinya.

Semakin dewasa saya semakin memahami Dan lihat sendiri teori-teori cinta secara praktikalnya (bukan saya yang bercinta, tetapi melihat realiti disekeliling).

Cinta itu perlukan kepercayaan Dan tanggungjawab. Cinta itu memberi tanpa mengharap balasan.

Teori ini memang benar untuk menyelesaikan masalah-masalah perkahwinan yang saya ketahui(bukan menjaga tepi kain orang, tetapi mungkin diri sudah cukup dewasa memahami permasalahan ini).

Perkahwinan yang memang bergelora.

Sesekali terasa takut pula memikirkannya. Tetapi seperti kata emak; Jalan ini mudah sahaja jika manusia ambil jalan yang lurus. Tetapi hakikatnya, Ada yang memilih yang bengkang-bengkok.

Jual Mahal?

Setelah berusia dua puluhan Dan masih tidak berpunya atau tidak pernah ber'boyfriend', maka masyarakat amnya masih mempunyai stigma bahawa tuan punya badan mungkin jual Mahal.

Nasihat seperti , jangan jual Mahal nanti tidak laku Dan sebagainya dilontarkan.

Persoalannya, setelah beberapa perkara seperti di atas dibangkitkan, adakah benar bahawa seseorang yang tidak ber'boyfriend' itu wajar dikategorikan sebagai jual Mahal atau memilih?

Atau mungkin tuan punya badan sekadar menongkah norma masyarakat kerana tidak bersetuju dengan gejala couple yang dipandang sebagai satu kemestian Dan kebiasaan?

Atau mungkin tuan punya badan benar-benar memikirkan erti sebenar cinta Dan berkasih sayang?

Isu yang berat untuk difikirkan bersama.

Masakan tidak, di dalam hadis daripada Nabi s.a.w. Yang menegaskan dengan maksud bahawa :

"Sesiapa yang telah berkahwin dikalangan kamu maka dia telah sempurnakan separuh dari urusan agamanya Dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah pada setengah atau separuh urusan agama yang selebihnya".

Masakan cinta Dan perkahwinan perkara yang main-main sekiranya sebesar ini ganjaran yang dijanjikan Allah.

Tulisan ini sekadar perkongsian yang sudah mula saya fikirkan sejak kecil lagi. Mencari-cari apakah formulanya sedangkan Islam memang ada jawapannya.

Tulisan ini juga sekadar muhasabah diri dan mengambil kesempatan untuk mengucapkan tahniah dan mendoakan kakak kandung saya yang bakal melansungkan pernikahan Sabtu ini.

Juga buat senior mahupun junior yang selamat diijabkabulkan sepanjang cuti ini.

Tahniah dan selamat menempuh alam baru!

Monday, October 11, 2010

~Di Atas Sajadah Cinta~

Penulis: Habiburrahman El Shirazy

By:Habiburrahman el shirazy



KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa.

Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian.


Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Setiap kali sampai pada ayat-ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala dihadapannya. Namun jika ia sampai pada ayat-ayat nikmat dan surga, embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci.

Tatkala sampai pada surat Asy Syams, ia menangis,

“fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha.

qad aflaha man zakkaaha.

wa qad khaaba man dassaaha

…”

(maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan,

sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya

…)

Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi?

Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan.



***



Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya.

Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta,

“in kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si

musyriqun bi dhau’

wal hubb al wariq

…”

(jika aku pencinta malam maka

gelasku memancarkan cahaya

dan cinta yang mekar

…)



***



Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan.”

“Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.”

“Bagaimana, kau terima atau…?”

“Ya jelas langsung aku terima. Dia ‘kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”

“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?”

“Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.”

“Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.”

“Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan tobat! Yang penting dia kaya raya.”



***



Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling.

“Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya.

“Be…benarkah?”

“Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini, Yasir!”

“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.”

Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan. Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir,

“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?”

Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan pikiran jadi mati.



***

Keesokan harinya.

Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit.

Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara,

“Toloong! Toloong!!”

Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas.

“Toloong! Toloong!!”

Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang.

“Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!”

Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras,

“Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!”

Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya,

“Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?”

Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,

“Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.”

“Syukurlah kalau begitu.”

Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona,

“Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?”

Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya.

“Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.”

“Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam masjid?”

“Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.

“Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita belum selesai!”

“Aku mau melanjutkan perjalananku!”

Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini.

“Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.”

Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda.

“Tidak usah.”

“Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!”

Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.



***



Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir.

Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,

“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”

Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum,

“Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari.”

Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.



***

Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia.

“Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.

Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan.

Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud. Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal. Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.

“Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!”

Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa,

“Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.”



***



Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah.

Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah,

“Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.”

Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga.



***



Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah.

Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek,







Kepada Zahid,

Assalamu’alaikum

Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama-lamanya.
Zahid,
Kalau kau mau. Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua. Pertama, aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta. Atau kau datanglah ke kamarku, akan aku tunjukkan jalan dan waktunya.

Wassalam
Afirah


===============================================================



Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya. Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid. Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya. Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga.

Hari itu juga surat Afirah sampai ke tangan Zahid. Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya. Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak-banyaknya. Dengan berlinang air mata ia menulis untuk Afirah :







Kepada Afirah,

Salamullahi’alaiki,

Benar aku sangat mencintaimu. Namun sakit dan deritaku ini tidaklah semata-mata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah ‘Azza Wa Jalla’. Inilah yang kudamba. Dan aku ingin mendamba yang sama. Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.
Afirah,
Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah, “Inni akhaafu in ‘ashaitu Rabbi adzaaba yaumin ‘adhim!” ( Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-ku. Az Zumar : 13 )
Afirah,
Jika kita terus bertakwa. Allah akan memberikan jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis pada-Nya. Tidak mudah meraih cinta berbuah pahala. Namun aku sangat yakin dengan firmannya :
“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (yaitu surga).”
Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan. Selanjutnya Allahlah yang menentukan.
Afirah,
Bersama surat ini aku sertakan sorbanku, semoga bisa jadi pelipur lara dan rindumu. Hanya kepada Allah kita serahkan hidup dan mati kita.

Wassalam,
Zahid


===============================================================



Begitu membaca jawaban Zahid itu Afirah menangis. Ia menangis bukan karena kecewa tapi menangis karena menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda saleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya.

Sejak itu ia menanggalkan semua gaya hidupnya yang glamor. Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat. Sorban putih pemberian Zahid ia jadikan sajadah, tempat dimana ia bersujud, dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Siang ia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT.

Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah :







Kepada Zahid,

Assalamu’alaikum,

Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hamba-Nya yang bertakwa. Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan Yasir. Beliau telah terbuka hatinya. Cepatlah kau datang melamarku. Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasululullah SAW. Secepatnya.

Wassalam,
Afirah






===============================================================

Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hatinya. Tiada henti bibirnya mengucapkan hamdalah.

Saturday, August 28, 2010

~Mencari sinar Lailatul Qadar~

...Kita sudah hampir dengan penghujung Ramadhan...di saat2 akhir inilah..kite umat islam harus sibuk melipat gandakan ibadah kite..semoga dengan ibadah serta amal yg kite lakukan..kite akan dipilih oleh-Nya..insyaAllah...artikel di bwh ni sy share dri 1blog hamba Allah...semoga artikel ini dpt membantu kite semua dlm memperbanyakkan ibadah kepada yg Maha Kuasa...~insyaAllah~




The last ten days off ramadan

How to take full advantage and benefit from the last part of Ramadan ?

Though all parts of Ramadan are full of blessings and rewards, its last ten days hold a special status reflected in the recommendations and practices of the Messenger of Allah, salla Allahu alaihi wa sallam, and his companions. I will focus here on three major practices of the Prophet, salla Allahu alaihi wa sallam, and his companions during these days.

1-Praying in the last ten nights of Ramadan

Al-Bukhari and Muslim record from 'Aishah that during the last ten days of Ramadan, the Messenger of Allah would wake his wives up during the night and then remain apart from them (that is, being busy in acts of worship). A narration in Muslim states: "He would strive [to do acts of worship] during the last ten days of Ramadan more than he would at any other time."

Aisha reported that With the start of the last ten days of Ramadan, the Prophet used to tighten his waist belt (i.e. work hard) and used to pray all the night, and used to keep his family awake for the prayers. [Bukhari]

2-Performing I`tikaf in the Masjid (seclusion in the Mosque)

Before going to the essential of this last section, let us stop by one of the great Imam of ahl Assunnah wal jama`ah, one of the greatest revivers of the Da`wah and the methodology of the Salaf, Shaikhul-Islam Shamsuddeen Ibn Qayyim al-Jawziyyah who will give us a brain storming admonition.

He says (rahimahu Allah) in Zaad al Ma`aad fi hadyi khairi al `ibaab :

"Since the hearts' rectitude and firmness upon the path towards Allah the Most High, rests upon directing it solely upon Allaah and causing it to turn and give all its attention to Allaah the Most High. Since the disorder of the heart cannot be rectified except by turning to Allaah the Most High, and its disorder will be increased by eating and drinking too much, mixing with the people excessively, speaking profusely and sleeping too much. These will cause it to wander into every valley, and cut it off from its path to Allah, weaken it, divert it or put a halt to it.

>From the Mercy of the Mighty and Most Merciful is that He has prescribed for them fasting , which will cut off the excesses of eating and drinking, and empties the hear of its desires which divert it on its journey to Allah the Most High. He prescribed it in due proportion as will be appropriate and will benefit the servant, with regard to this world and the Hereafter, and does not harm him, nor damage what is beneficial for him.

He also prescribed i`tikaf for them, by which is intended that the heart is fully occupied with Allah, the Most High, concentrated upon Him alone, and cut off from preoccupation with the creation. Rather it is engrossed with Him alone, the One free of all defects, such that remembering Him, loving Him and turning to Him takes the place of all anxieties of the heart and its suggestions, such that he is able to overcome them. Thus all his concerns are for Him. His thoughts are all of remembrance of Him, and thinking of how to attain His Pleasure and what will cause nearness to Him. This leads him to feel contented with Allah instead of the people, so that prepares him for being at peace with Him alone on the day of loneliness in the grave, when there is no one else to give comfort, nor anyone to grant solace except Him. So this is the greater goal of I'tikaf"

The book Zaad al Ma`aad as well as all other books of Ibn al-Qayyim are just peaces of art that every Muslim should read. Al-hamdu liLLAH there is a great effort among the followers and revivers of the methodology of the Salaf in translating these books into English. Some of them or part of them are already available. You may want to contact the bookstore of al-Qur'an was-Sunnah Society of North America [USA] or al-Hidaya Publishing in UK.

I`tikaf is the seclusion and staying in the mosque with the intention of becoming closer to Allah. This was the practise of the Prophet, salla Allahu alaihi wa sallam, during the last ten days of Ramadan especially. He would do it during other months as well.

'Aisha reported that the Messenger of Allah, salla Allahu alaihi wa sallam, used to practice I`tikaf in the last ten nights of Ramadan and used to say, "Look for the Night of Qadr in the last ten nights of the month of Ramadan" [Bukhari]

Abu Hurairah, radiyallahu 'anhu said: "Allah's Messenger, salla Allahu alaihi wa sallam, used to perform i`tikaf for ten days every Ramadan, then when it was the year in which he was taken (died), he performed I`tikaf for twenty days. [Bukhari]

'Aisha reported that the Prophet,salla Allahu alaihi wa sallam, used to practice I`tikaf in the last ten days of Ramadan till he died and then his wives used to practice I`tikaf after him. [Bukhari]

`Aishah radhiya Allahu `anha also reported that the Prophet, salla Allahu alaihi wa sallam, "Used to perform i'tikaf in the last ten days of Ramadan until Allah the Mighty and Majestic, took him. [Bukhari and Muslim]

Al-Bukhari records from Abu Said that the Prophet (S) said: "Whoever makes I`tikaf with me is to make I'tikaf during the last ten [nights]."

This Sunnah of the Prophet, salla Allahu alaihi wa sallam, has been abandoned by many Muslims and it is worth reviving it in this era.

Sayyid Sabiq says in Fiqhus-Sunnah :

The sunnah or preferred i`tikaf has no specific time limit. It can be fulfilled by staying in the mosque with the intention of making i`tikaf for a long or short time. The reward will be according to how long one stays in the mosque. If one leaves the mosque and then returns, he should renew his intention to perform itikaf.

Ya'la ibn Umayyah said: "I secluded myself in the mosque for some time for I`tikaf." 'Ata told him: "That is I`tikaf, as long as you secluded yourself there."

One who is performing Sunnah (like in Ramadan) i'tikaf (i.e. not the obligatory one that is made after a vow) may end his i`tikaf at any time, even if it is before the period he intended to stay.

'Aishah related that if the Prophet intended to make itikaf, he would pray the morning prayer and begin it. One time he wanted to make i`tikaf during the last ten nights of Ramadan, and he ordered his tent to be set up. Aishah reported: "When I saw that, I ordered my tent to be set up, and some of the Prophet's wives followed suit. When he [the Prophet] prayed the morning prayer, he saw all of the tents, and said: "What is this?" They said: "We are seeking obedience [to Allah and His Messenger]." Then he ordered his tent and those of his wives to be taken down, and he delayed his i`tikaf to the first ten days [of Shawwal]."[Bukhari]

The fact that the Messenger of Allah ordered [his and] his wives' tents to be struck down and [he himself left and] asked them to leave the i`tikaf after they have made the intention for it shows that they discarded the i`tikaf after they had begun it. ([] in this small paragraph are some additional comments to clarify things).

It is preferred for the one who is making I`tikaf to perform many supererogatory acts of worship and to occupy himself with prayers, reciting the Qur'an, glorifying and praising Allah, extolling His oneness and His greatness, asking His forgiveness, sending salutations on the Prophet, upon whom be peace, and supplicating Allah - that is, all actions that bring one closer to Allah. Included among these actions is studying and reading books of tafsir and hadith, books on the lives of the Prophets, upon whom be peace, books of fiqh, and so on. It is also preferred to set up a small tent in the courtyard of the mosque as the Prophet did.

Permissible Acts for the Mu`takif (the person performing I`tikaf)

The following acts are permissible for one who is making I'tikaf

(1) The Person may leave his place of I`tikaf to bid farewell to his wife and a Woman can visit her husband who is in I`tikaf}

Safiyyah, radhiya Allahu `anha said : The prophet salla Allahu alaihi wa sallam, was making i`tikaf [in the last ten nights of Ramadan], so I came to visit him at night [and his wives were with him and then departed]. I talked with him for a while, then I stood up to leave, [so he said:"Do not hurry for I will accompany you",. He stood along with me to accompany me back -and her dwelling was in the house of Usaamah Ibn Zayd [until when he came to the door of the mosque near the door of Umm Salamah], two men of the Ansaar were passing by, when they saw the Prophet, salla Allahu alaihi wa sallam, they hastened by, so the Prophet, salla Allahu alaihi wa sallam, said : "Be at your ease for she is Safiyyah bintu Huyayy." So they said:" 'SubhanAllah, O Messenger of Allah! [we did not have any doubt about you].' He said: "Indeed Shaytan circulates in the son of Adam just as blood circulates, and I feared that he would insert an evil thought" -or he said : "something - into your hearts" [Bukhari and Muslim, in [] are additional narrations from Abu Dawud]

(2) Combing and cutting one's hair, clipping one's nails, cleaning one's body, wearing nice clothes or wearing perfume are all permissible. 'Aishah reported: "The Prophet was Performing itikaf and he would put his head out through the opening to my room and I would clean [or comb in one narration] his hair. I was menstruating at the time." [al-Bukhari, Muslim, and Abu Dawud].

(3) The person may go out for some need that he must perform. 'Aishah reported: "When the Prophet Performed I`tikaf, he brought his head close to me so I could comb his hair, and he would not enter the house except to fulfill the needs a person has." [al-Bukhari, and Muslim].

Ibn al-Mundhir says: "The scholars agree that the one who performs itikaf may leave the mosque in order to answer the call of nature, for this is something that he personally must perform, and he cannot do it in the mosque. Also, if he needs to eat or drink and there is no one to bring him his food, he may leave to get it. If one needs to vomit, he may leave the mosque to do so. For anything that he must do but cannot do in the mosque, he can leave it, and such acts will not void his itikaf, even if they take a long time. Examples of these types of acts would include washing one's self from sexual defilement and cleaning his body or clothes from impurities."

(4) The person may eat, drink, and sleep in the mosque, and he should also keep it clean.

Actions that Nullify the I`tikaf

If a person performs one of the following acts, his I`tikaf will be nullified:

(1) Intentionally leaving the mosque without any need to do so, even if it is for just a short time. In such a case, one would not be staying in the mosque, which is one of the principles of I`tikaf.

(2) Abandoning belief in Islam, as this would nullify all acts of worship. If you ascribe a partner to Allah, your work will fail and you will be among the losers.

(3) Losing one's reason due to insanity or drunkenness, or the onset of menstruation or post-childbirth bleeding, all of which disqualifies a person for itikaf.

(4) Sexual intercourse. Allah says [in meaning]: "But do not associate with your wives while you are in seclusion (I`tikaf) in the mosques. Those are Limits (set by) Allah. Approach not nigh thereto. Thus does Allah make clear His Signs to men: that they may learn self-restraint. [al-Baqara; 2:187]

I`tikaf is not restricted to men only, women also can do it :

'Aisha (the wife of the Prophet) reported that the Prophet, salla Allahu alaihi wa sallam, used to practice I`tikaf in the last ten days of Ramadan till he died and then his wives used to practice I`tikaf after him.[Bukhari]

Dear Sister! when reading this do not forget the modesty and the Hijab of the wife of the Prophet (S) that you should observe if you intend to perform I`tikaf.

3-Seeking Laylatul-Qadr (the Night of Decree)

It is the greatest night of the year like the Day of `Arafah is the greatest day of the year. It is a night about which Allah reveled a full Surah, Suratul-Qadr [97:1-5] and the 3rd to the 6th verses of Surat ad-Dukhan [44:3-6]

It is the night when the Qur'an was reveled.

It is the night when the Message (the Final and seal of all messages) sent to Mohammad, salla Allahu alaihi wa sallam, started

It is the night when the light, that would illuminate mankind to the end of life, started

It is the night when every matter of ordainment is decreed

Allah says in what can be translated as :

"Verily! We have sent it (this Qur'aan) down in the Night of Decree (Lailatul-Qadr). And what will make you know what the Night of Decree is? The Night of Decree is better than a thousand months. Therein descend the angels and the Rooh (ie. Jibreel [Gabriel]) by Allaah's Permission with all Decrees, Peace! until the appearance of dawn." [97:1-5]

and in Surat ad-Dukhan :

"We sent it (this Qur'aan) down on a blessed Night. Verily, We are ever warning (mankind of Our Torment). Therein (that Night) is decreed every matter of ordainment. Amran (i.e. a command or this Qur'aan or His Decree of every matter) from Us. Verily, We are ever sending (the Messenger). (As) a Mercy from your Lord. Verily! He is the All-Hearer, the All-Knower. [44:3-6]

A person who misses Laylatul-Qadr is really a deprived person!

Abu Hurairah reported that the Prophet, salla Allahu alaihi wa sallam, said " The blessed month has come to you. Allah has made fasting during it obligatory upon you. During it the gates to Paradise are opened and the gates of Hellfire are locked, and the devils are chained. There is a night [during this month] which is better than a thousand months. Whoever is deprived of its good is really deprived [of something great]. [Ahmad, an-Nisa'i and al-Bayhaqi]

One who misses this blessed night then he has missed much good for no one misses it except one from whom it is withheld. Therefore it is recommended that the Muslim who is eager to be obedient to Allaah should stand in Prayer during this night out of Eemaan and hoping for the great reward, since if he does this, Allaah will forgive his previous sins (1).

What happens to the person who witnesses Laylatul-Qadr? and what should one do?

Abu Hurairah Radhiya Allahu `anhu reported that the Messenger of Allah, salla Allahu alaihi wa sallam, said : "Whoever stands (in prayer) in Lailatul-Qadr out of Eemaan (faith and sincerity) and seeking reward then his previous sins are forgiven". [Bukhari]

It is recommended to supplicate a lot during this night, it is reported from our mother 'Aishah radhiya Allahu `anha, that she said: "O Messenger of Allah! What if I knew which night Lailatul-Qadr was, then what should I say in it?" He said.- "Say.- (Allahumma innaka 'affuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annee.)

"O Allaah You are The One Who pardons greatly, and loves to pardon, so pardon me.". [at-Tirmithi and Ibn Majah with a Sahih Isnad]

When is Laylatul-Qadr ?

It is preferred to seek this night during the last ten odd nights of Ramadan, as the Prophet salla Allahu alaihi wa sallam,, strove his best in seeking it during that time. We have already mentioned that the Prophet would stay up during the last ten nights, would wake his wives, and then would remain apart from them to worship.

Ibn Abbas reported that the Prophet,salla Allahu alaihi wa sallam, said, "Look for the Night of Qadr in the last ten nights of Ramadan ,' on the night when nine or seven or five nights remain out of the last ten nights of Ramadan (i.e. 21, 23, 25, respectively)." [Bukhari]

`Aishah radhiya Allahu `anha said: "Allah's Messenger used to practice I`itikaf in the last ten nights and say: 'Seek out Lailatul-Qadr in the (odd nights) of the last ten of Ramadan." [Bukhari and Muslim]

However if the servant is too weak or unable, then he should at least not let the last seven pass him by, due to what is reported from Ibn 'Umar, who said: Allah's Messenger said: "Seek it in the last ten, and if one of you is too weak or unable then let him not allow that to make him miss the final seven.' [Bukhari and Muslim]

This explains his saying: "I see that your dreams are in agreement (that it is in the last seven) so he who wishes to seek it out then let him seek it in the last seven.' [Bukhari and Muslim]

It is known from the Sunnah, that knowledge of the exact night upon which Lailatul-Qadr falls was taken up because the people argued, 'Ubaadah ibn as- Saamit, radiyalloahu 'anhu, said: The Prophet came out intending to tell us about Lailatul-Qadr, however two men were arguing and he said: "I come out to inform you about Lailatul-Qadr but so and so, and, so and so were arguing, so it was raised up, and perhaps that is better for you, so seek it on the (twenty) ninth and the (twenty) seventh and the (twenty) fifth.'[Bukhari]

Some of the ahadeeth indicate that Lailatul-Qadr is in the last ten nights, while others indicate that it is in the odd nights of the last ten, so the first are general and the second more particular, and the particular has to be given priority over the general. Other ahadeeth state that it is in the last seven - and these are restricted by mention of one who is too weak or unable. So there is no confusion, all the ahadeeth agree and are not contradictory.

In conclusion: The Muslim should seek out Lailatui-Qadr in the odd nights of the last ten: the night of the twenty-first, the twenty-third, the twenty-fifth, the twenty-seventh and the twenty-ninth. If he is too weak or unable to seek it out in all the odd nights, then let him seek it out in the odd nights of the of seven: the night of the twenty-fifth, the twenty-seventh and the twenty-ninth And Allah knows best. (1)

What are the signs of laylatul-Qadr?

Allaah's Messenger , salla Allahu alaihi wa sallam, described the morning after Lailatul-Qadr, so that the Muslim may know which day it is. From Ubayy, radhiya Allahu 'anhu, who said: that he, salla Allahu alaihi wa sallam, said: "On the morning following Lailatui-Qadr the sun rises not having any rays, as if it were a brass dish, until it rises up."[Muslim, Abu Dawud, Tirmithi and Ibn Majah]

Abu Hurairah, radhiya Allahu 'anhu, said : "We were discussing Lailatul-Qadr in the presence of Allah's Messenger so he said : 'Which of you remembers [the night] when the moon arose and was like half a plate?... [Muslim]

Ibn 'Abbaas, radhiya Allahu 'anhuma, said: Allaah's Messenger, salla Allahu alaihi wa sallam, said: "Lailatul-Qadr is calm and pleasant, neither hot nor cold, the sun arises on its morning being feeble and red." [at-Tayaalisee, Ibn Khuzaimah and al-Bazzaar with a Hasan Isnad]

We pray to Allah All Mighty Most Merciful to bless us this Ramadan by witnessing Laylatul-Qadr





1.17 a.m (29/08/2010)

~Qurratun 'ain~

Wednesday, August 25, 2010

10 Pintu syaitan dalam menyesatkan manusia



Assalamualaikum...

semoga kita sentiasa dalam rahmat Allah di bulan yg penuh dengan kerahmatan..
betapa bertuahnya kita,sekali lagi Allah mengizinkan kita bernafas dlm bulan yg mulia ini..
marilah sama-sama kita mengimarahkan lg bln yg mulia ini dengan memperbanyakkan beribadah kepada-Nya..
sinar LailatulQadar juga kian hampir..
semoga kita akan menjadi hamba-Nya yg terpilih merasai apa itu LailatulQadar..
~Ramadhan..hadirmu ku nanti..pergimu ku tangisi..~

artikel di bwh ini sy share untuk perkongsian kita bersama..selepas membaca..mungkin kite akan lebih berwaspada dengan tipu daya makhluk yg bernama "SYAITAN"....insyaAllah..semoga kalian memahami...

sahabat hikmah,

Ketahuilah bahwa HATI adalah ibarat sebuah BENTENG.

Setan sebagai musuh kita selalu ingin memasuki benteng tersebut.

Setan senantiasa ingin memiliki dan menguasai benteng itu.

Tidak mungkin benteng tersebut bisa terjaga selain adanya penjagaan yang ketat pada pintu-pintunya.

Pintu-pintu tersebut tidak bisa terjaga kecuali jika seseorang mengetahui pintu-pintu tadi.

Setan tidak bisa terusir dari pintu tersebut kecuali jika seseorang mengetahui cara setan memasukinya.

Cara setan untuk masuk dan apa saja pintu-pintu tadi adalah sifat seorang hamba dan jumlahnya amatlah banyak.

Pada saat ini kami akan menunjukkan pintu-pintu tersebut yang merupakan pintu terbesar yang setan biasa memasukinya.

Semoga Allah memberikan kita pemahaman dalam permasalah ini.

Pintu pertama: HASAD (dengki) dan TAMAK.

Ini adalah pintu terbesar dan pertama yang telah menggelincirkan Nabi Adam dan anaknya. Jika seseorang begitu tamak pada sesuatu, ketamakan tersebut akan membutakan, membuat tuli dan menggelapkan cahaya kebenaran, sehingga orang seperti ini tidak lagi mengenal jalan masuknya setan. Begitu pula jika seseorang memiliki sifat hasad, setan akan menghias-hiasi sesuatu seolah-olah menjadi baik sehingga disukai oleh syahwat padahal hal tersebut adalah sesuatu yang mungkar.


Pintu kedua: MARAH

Ini juga adalah pintu terbesar. Ketahuilah, marah dapat merusak akal. Jika akal lemah, pada saat ini tentara setan akan melakukan serangan dan mereka akan menertawakan manusia. Inilah yang terjadi seorang anak membunuh bapaknya atau sebaliknya. Jika kondisi kita seperti ini, minta perlindunganlah pada Allah.


Pintu ketiga: SANGAT SUKA MENGHIAS-HIASI

Yaitu sangat suka menghias-hiasi tempat tinggal, pakaian dan segala perabot yang ada. Orang seperti ini sungguh akan sangat merugi karena umurnya hanya dihabiskan untuk tujuan ini.



Pintu keempat: KENYANG

Yaitu kenyang karena telah menyantap banyak makanan. Keadaan seperti ini akan menguatkan SYAHWAT dan melemahkan untuk melakukan ketaatan pada Allah. Kerugian lainnya akan dia dapatkan di akhirat.


Pintu kelima: TAMAK KEPADA ORANG LAIN

Jika seseorang memiliki sifat seperti ini, maka dia akan berlebih-lebihan memuji orang tersebut padahal orang itu tidak memiliki sifat seperti yang ada pada pujiannya. Akhirnya, dia akan mencari muka di hadapannya, tidak mau memerintahkan orang yang disanjung tadi pada kebajikan dan tidak mau melarangnya dari kemungkaran.


Pinta keenam: TERGESA-GESA

Yaitu sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk perlahan-lahan. Padahal terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.”

(Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)


Pintu ketujuh: CINTA HARTA

Sifat seperti ini akan membuat berusaha mencari harta bagaimana pun caranya. Sifat ini akan membuat seseorang menjadi bakhil (kikir), takut miskin dan tidak mau melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.


Pintu kedelapan: TA'ASHUB GOLONGAN

Yaitu mengajak orang awam supaya ta’ashub (fanatik) pada madzhab atau golongan tertentu, tidak mau beramal selain dari yang diajarkan dalam madzhab atau golongannya.


Pintu kesembilan: MEMIKIRKAN HAKEKAT DZAT DAN SIFAT ALLAH

Yaitu mengajak orang awam untuk memikirkan hakekat (kaifiyah) dzat dan sifat Allah yang sulit digapai oleh akal mereka sehingga membuat mereka menjadi ragu dalam masalah paling urgen dalam agama ini yaitu masalah aqidah.


Pintu kesepuluh: BURUK SANGKA

Yaitu selalu berburuk sangka terhadap muslim lainnya. Jika seseorang selalu berburuk sangka (bersu’uzhon) pada muslim lainnya, pasti dia akan selalu merendahkannya dan selalu merasa lebih baik darinya. Seharusnya seorang mukmin selalu mencari udzur dari saudaranya. Berbeda dengan orang munafik yang selalu mencari-cari ‘aib orang lain.

Semoga kita dapat mengetahui pintu-pintu ini dan semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk menjauhinya.

Rujukan: Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisiy


~MasyaAllah..terlalu banyak akal syaitan ni nk menjatuhkan anak-anak Adam A.S ..semoga kita semua sentiasa di bawah rahmat dan kasih Allah S.W.T..insyaAllah..sbb syaitan dah bersumpah yang akan menyesatkan anak-anak Adam sehinggalah hari kiamat..jangan biarkan nafsu merajai kita~



~Qurratun 'ain~

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...